Total Tayangan Halaman

Minggu, 28 April 2013

Senandung Perjalanan

Mataku msh menatap langit yang kelabu
Dipinggiran jalan dengan kaki yang sudah lelah berjalan dan mata yang sembab sisa-sisa kebodohan yang berlarut-larut
Tapi setidaknya aku sudah agak melupakan rasa sakit semalam karena aq menatap langit yang berangsur-angsur menjadi cerah

"Jalan, tidak, jalan, tidak, jalan" dentangan kata itu yg kini terdengar di telingaku, ternyata itu suara hatiku yang sedang bimbang
Langit semakin cerah, angin lembut pun membelai mesra tubuhku mulai dari rambut sampai kaki ku yang terbuka tanpa tertutup kain
Kicauan burung pun menggodaku untuk ikut bermain bersama mereka dan aq pun tergoda

Aq melangkah kan kaki dg ragu
Tersenyum sambil melangkah karena stiap melangkah aq mendengar nada yang berbeda seperti irama
Langkah awalku diiringi oleh nada yang agak rendah dan sedikit sendu tapi nada ini bisa membuatku berpikir untuk terus melangkah
Nada yang terdengar semakin menarik hati yang mulai tertawa namun bibir hanya dapat tersenyum
Semakin ku langkahkan kakiku semakin nada itu membuat aq seperti setengah melayang
Mata ku pun terpejam menikmati alunan nada yang indah dan membuaikan hatiku tanpa ku peduli apa yang ada di sekitarku

Kunikmati apa yang kurasa tanpa kubuka mata untuk melihat apa yang ada di depanku
Tanpa kugunakan mulutku untuk berdendang bukan hanya bergumam
Tubuhku menari namun tanganku bergerak sesukaku tanpa ku pedulikan ranting yang dapat melukaiku

Seketika nada riang berubah menjadi nada yang memilukan
Ku buka mata melihat langit yang sudah berwarna kemerahan
Entah mengapa hatiku perih seperti luka kulit yang tergores ranting tajam
Aaahhh... aku lupa, aku lupa kalau ini adalah hutan
Penghuni hutan ini yang terlihat bersahabat bisa saja berubah menjadi menyakiti termasuk nada yang ku dengar

Kututup wajahku dengan tangan yang mulai kebal dengan rasa
Dan tak terasa aku pun mulai terisak, makin lama makin nyaring dan semakin kencang
Aku lupa.... yah aku lupa...
Ku menangis bukan karena rasa sakit yang kurasa namun karena kusadari kebodohanku
Aku lupa untuk menjaga diriku agar tidak terluka lagi, lagi, lagi,dan lagi
Tapi aku selalu bodoh, selalu cepat terbuai, dan lemah seakan-akan mengizinkan partikel lain untuk melukaiku
Semakin lama langit semakin gelap, dan aq masih saja terdiam diatas tanah yang retak
Dan tak ada lagi nada yang ku dengar
Hanya kesunyian yang menjadi teman dan sahut menyahut dengan suara isakku.
Haruskah aq kembali ke tempat semula atau kuteruskan perjalanan ku dengan rintangan yang mungkin bukan hanya membuatku terisak tapi mungkin akan membuat ku berteriak
Entah krn saat ini hanya menutup wajahku dan merasakan hembusan angin malam yang semakin menusuk jiwaku yang dapat kulakukan
Sampai ada yang manrik tanganku dengan penuh kelembutan.... lagi....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar