Gw dan papa bukan dua sahabat yang akur dan sering berbincang secara akrab. Hubungan gw dan papa justru sering dipenuhi dengan debat-debat yang sulit dipertemukan titik temunya. Gw sering menyangkal semua ucapan papa yang gw anggap tidak sejalan dengan kehidupan anak muda zaman sekarang. Padahal sebenarnya gw amat sangat mengerti dan tanpa sepengetahuan beliau gw mengagumi logika-logikanya ketika dapat pertanyaan-pertanyaan nyeleneh dan asal dari orang-orang.
Senja ini contohnya, setelah sholat maghrib tiba-tiba beliau memulai untuk memberi wejangan (kebiasaan rutin yang sudah lama terlewatkan semenjak mama sakit). Awalnya gw agak malas-malasan karena jujur saja baru tidur 1 jam semenjak kemarin, dan ketika rasa kantuk datang gw harus duduk manis di forum ini. Dalam hati awalnya mengutuk dengan mata mengantuk. Namun ketika papa mulai bercerita tentang pertanyaan-pertanyaan yang ga asing dan sering gw dengar. Mendadak hilang kantuk gw ( sampe sekarang gw masih cenghar) dan mood gw berubah jadi bagus banget.
Ada 2 hal yang gw inget banget soal omongan papa, yang pertama ketika ada anak seorang profesor yang ditanya mengapa tidak memakai jilbab, anak profesor tersebut menjawab dengan kalimat yang menurut bokap gw itu menipu dan membodohi "yang penting saya sudah menjilbabkan hati saya". Papa menjelaskan mengapa dy anggap itu suatu pembodohan, karena menurut beliau jawaban itu dusta. Dengan simple dy membalik pertanyaan itu dengan mengibaratkan gw "Putri, misal ada cowo yang mau sama kamu, baik hatinya, kamu mau apa ajah dikasih yah pokonya baik banget, tapi ga punya kuping, kamu mau ga?" spontan gw jawab "ga" sambil senyam senyum dan berpikir bener juga nih papa. Secara tidak langsung papa itu bilang kalau tampilan kita mencerminkan hati kita. Atribut yang kita gunakan itu untuk mencerminkan apa yang kita maksud. yah kira-kira gitu, buat lebih jelasnya bisa tanya papa langsung karena dy yang lebih ahli hehehehe.
Yang kedua, ketika papa ditanya dengan pertanyaan iseng sih menurut gw karena dy lihat papa berjenggot. Tapi papa itu berpikir lain. Papa berpikir karena ini salah satu cara pencucian otak dengan menggunakan atribut sebuah agama dan menjatuhkannya. Orang itu bertanya "Pak, kenapa ko manjangin jenggot?". Lagi-lagi papa tidak terpancing, tapi justru membalikan denngan logika yang sama. Papa menjawab dengan santai, "sebelumnya saya mau bertanya dulu, apakah anda bertanya juga dengan orang yang memanjangkan kumis? Jika anda menjawab baru saya akan menjawab pertanyaan anda". That's cool kan..... hahahahaha karena orang tersebut terdiam dan tidak melanjutkan pertanyaannya.
Yah begitulah papa, seorang pemimpin keluarga yang tegas, yang selalu mencari dan mengikuti kebenaran yang sebenar-benarnya untuk masalah pedoman hidup bukan karena siapa yang mayoritas dan siapa yang minoritas. Papa yang tidak pernah berhenti belajar setiap waktunya (kadang gw malu, masih muda tapi males baca buku yang berbobot). Papa yang identik dengan wibawa n image segan ketika orang berbincang dengannya. Papa yang selalu membuat gw kagum dengan logika-logikanya yang simple dan brilian serta bisa membuat lawan bicaranya mikir beribu-ribu kali untuk dapat menjawab ucapannya yang sulit untuk dipatahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar